Sabtu, 23 Juni 2007

Perjalanan Kakekku

IN MEMORIAM

K. HAJI ABDURRAHMAN ISMA’IL, MA

K.H. Abdurrahman Ismail’Ma, meninggal dunia dalam usia 55 tahun, yakni pada tanggal 7 Pebruari 1972 bertepatan dengan tanggal 22 Zulhijjah 1392 H di Banjarmasin , ketika dalam menjalankan tugas sebagai wakil rektor 1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin.

Beberapa saat sebelum beliau meninggal sunia masih terlihat sibuk dengan tugas rutin. Sekitar jam 11.00 WIT beliau keluar kampus dengan naik sepeda. Baru beberapa ratus meter di luar kampus IAIN Antasari jalan Veteran Bajarmasin, beliau terjatus dan tidak sadarkan diri. Orang-orang yang melihat segera memberi pertolongan, diangkut ke rumah sakit Ulin Banjarmasin, namun sebelum sampai dirumah sakit Ulin beliau berpulang ke rahmatullah. Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun.

Setelah masyarakat mengetahui bahwa H.H. Abudarrahman Isma’il MA meninggal dunia, maka dalam waktu relatif singkat, ribuat umat Islam berdatangan melayat ke tempat kediaman beilau di jalan Dahlia Banjarmasin.

Berdasarkan hasil perundingan antara pemuka-pemuka masyarakat Banjarmasin dengan keluarga almarhum disertai perutusan Alim Ulama yang datang dari Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, disepakati bahwa pemakaman akan akan dilangsungkan di Desa Mandingin, Barabai, disamping makam ibu dan ayah beliau, yang semasa masih hidup pernah beramanat, bilamana Abdurrahman Isma’il meninggal dunia supaya dimakamkan berdampingan.

Masyarakat Kotamadya Banjarmasin dan sekitarya, tidak jadi menyelenggarakan pemakaman di Banjarmasin, tetapi menyesuaika dengan hasil perundingan tersebut, dengan susunan acara : shalat kipayah deselanggarakan di Banjarmasin serta pelapasan oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah Tk I Propinsi Kalimatan Selatan, Bapak Walikota Banjarmasin, dan Bapak K.H. Hanafi Gobit bertindak atas nama keluarga dan teman-teman almarhum.

Masyarakat kota madya Banjarmasin khususnya, dan masyarakat Kalimantan Selatan terutama umat Islam, merasa kehilangan seorang ulama, seorang pemimpin dan tokoh pendidikan. Hal ini dapat disaksikan ketika melakukan shalat kipayah secara bergantian yang mulai dari pukul 10.00 s/d 12.00 pada tanggal 8 Februari 1972, dengan mengambil tempat di langgar disamping kediaman almarhum di jalan Dahlia, terjadi sebanyak 29 kali, tiap kali terdiri dari ratusan umat Islam dengan imam bergatian pula. Kemudian masyarakat makin membanjir, ketika jenazah almarhum diantar kebalai kota, keranda diusung secara estapet (bergantian). Ketikan upacara pelapasan di Balai Kota, praktis Jalan Lambung Mangkurat macet total.

Sekitar pukul 13.00, jenazah dimasukan kedalam mobil jenazah, diberangkatkan menuju kota Barabai, Kebupaten Hulu Sungai Tengah. Mobil jenazah diiringi oleh ratusan rupa-rupa kendaraan roda 4 yang berisi para pengantar yang mempersiapkan kendaaan masing-masing secara spontan dan sukarela, siapapun boleh menumpang tanpa dipungut ongkos. Di sepanjang jalan yang dilalui, umat Islam menanti rombongan lewat, turut bergabung, sebahagiaan yang mempersiapkan kendaraan kemudian turut menggabungkan diri mengantar ke Barabai. Peristiwa ini dapat disaksikan di daerah kebupaten Banjar, kebupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan.

Di Desa Mandingin, barabai, masyarakat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, telah pula menunggu kedatangan rombongan jenazah. Tidak heran, ketika upacara pemakaman berlangsung, desa Mandingin Menjadi Lautan Manusia.

Abdurrahman Isma’il, lahir di Barabai pada tahun 1916. Anak oleh seorang petani yang rajin dan ta’at beribadah. Abdurrahman adalah anak yang sulung dan satu-satunya anak laki-laki dari empat orang bersaudara. Oleh karena itu sejak Abdurrahman masih kecil, orang tuanya sangat mendambakan kelak anaknya saat menamatkan pelajarannya pada Ver-Volgschool di Barabai, akan dikirim ke luar negeri, untuk belajar ilmu agama Islam sampai menjadi orang yang alim, pemimpin umat Islam. Keinginan orang tua almarhum menjadi kenyataan, yakni pada sekitar tahun 1935 Abdurrahman Isma’il berangkat ke Kairo, Mesir.

Pada tahu 1944, beliau telah menyelasaikan pendidikan tingkat sarjana penuh pada Universitas Al Azhar Cairo, jurusan Ussuluddin. Oleh karena pada waktu itu masih dalam keadaan perang dunia ke II, maka Abdurrahman Isma’il MA, belu dapat pulang ketanah air Indonesia. Kesempatan ini dipergunakannya pula untuk menambah ilmu sehingga berhasil pula ia memperoleh gelar sajana untuk ilmu Dakwah.

Pengalaman dan kegiatannya :

  1. Pada bulan Januari 1946 s/d Juli 1947, terpilih sebagai Sekretaris Panitia Kemerdekaan Indonesia pusat (untuk luarnegeri), yang berkedudukan di Cairo.
  2. Selanjutnya pulang ke Indonesia dan terus kembali ke Barabai.
  3. Pada suatu pertemuan para Alim Ulama yang terkemuka di Daerah Kalimantan, yang terdiri dari : Untusan Kandangan H. Abdullah Siddik, H. Usman dan M Arsyad, utusan dari Banjarmasin K.H. Hanafi Gobit, H.M.Noor Marwan, utusan dari Amuntai H. Juhri Sulaiman, H.A.Hasan, H.Idham Chalid, utusan dari Barabai, H. Muchtar, H.M. As’ad, H. Abdurrahman Isma’il MA, H. Mansyur dan H. Abdulah Hamid Karim. Dari hasil pertemuan tersebut, dibentuk Badan Persiapan Sekolah Tinggi Islam Kalimantan, untuk jabatan ketua di tunjuk K.H. Abdurrahman Isma’il MA, berkedudukan di Barabai.
  4. Pada Tahun 1948 Pemerintahan Kolonial Belanda/NICA mengadakan Pemilihan Anggota Dewan Banjar, kelompok Republiken mencalonkan jago-jagonya saingan jago-jago yang dicalonkan oleh pemerintahan NICA. K.H. Abdurrahman Isma’il MA, berhasil memenangkan untuk distrik pemilihan di Barabai, menjadi anggota Dewan Bajar Republiken.
  5. Sementara menjadi anggota dewan Banjar, beliau turut pula mengajar pada Sekolah Menangah Islam Pertama (SMIP) Banjarmasin, dibawah pimpinan K.H. Hanafi Gobit.
  6. Pada bulan April 1950 s/d 31 Mei 1956 menjadi kepala sekolah Madrasah Mu’allimin Barabai.

  1. Pada Pemilihan Umum tahun 1955, beliau terpilih menjadi Anggota Konstituante dari calon Partai MASYUMI.
  2. Diangkat manjadi kepala penerangan Agama pada kantor Urusan Agama Propinsi Kalimantan, terhitung tanggal 1 Juni 1956 s/d 1 Februari 1959.
  3. Berdirinya Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin, (21-9-1958), salah satu fakultas Agama Islam, kemudian berubah menjadi Fakultas Islamo Logi, dan kemudian sejak 24 November 1960, Fakultas Islamologi UNLAM tersebut dijadikan Fakultas Syari’ah IAIN Jami’ah Yogyakarta Cabang Banjarmasin, untuk jabatan Dekan Fakultas Syari’ah ini dipilih K.H. Abdurrahman Isma’il MA, sampai 1970.
  4. Selanjutnya dengan berdirinya IAIN Antasari Banjarmasin, maka jabatan beliau adalah Wakil Rektr I IAIN Antasari Banjarmasin, sampai beliau meninggal dunia.
  5. Perlu pula dicatat, bahwa pada tahu 1957, didirikan yayasan Pendidikan Islam Hidayah Di Banjarmasin, semula akan dibuka Persiapan Perguruan Tinggi Islam, tetapi mengingat calon mahasiswanya belum mencukupi persyaratan, maka sebagai penggantinya dibuka Sekolah Menengah Islam Atas ( SMIA) yang selanjutnya nanti menjadi sekolah persiapan IAIN Banjarmasin. Diantara tokoh/pendiri Yayasan Pendidikan Islam Hidayah tersebut : K.H. Abdurrahman Isma’il MA, K.H. Hanafi Gobit, K.H. Mastur Jahri MA dan dari generasu muda sebagai tenaga pelaksana antara lain A.A. Hamid Z dan M. Salmani Saleh.
  6. Pada Tanggal 4 November 1970, di Banjarmasin, dengan akte Notaris Bachtiar Banjarmasin, Dibentuk Yayasan Pendidikan Islam Pangeran Antasari, atas dorongan dan usaha K.H Abdurrahman Isma’il MA.

Dengan Berdirinya Yayasan ini, beliau mengharapkan kelak berdiri sebuah Pondk Pesantren Budi Luhur, dimana beliau sendiri yang akan langsung membinanya. Sebagai langkah permulaan dibangun sebuah Gedung Semi Permanen, di jalan Pangera Antasari Banjarmasin, di gedung ini kemudian didirikan Sekolah Menengah Islam Pertama yang dikenal dengan singkatan SMIP 3 Antasari. Diresmikan oleh Walikotamadya Banjarmasin pada tanggal 5 Januari 1972.

Sebulan kemudian, yakni tanggal 7 Februari 1972, K.H. Abdurrahman Isma’il MA, berpulang ke rahmatullah.